BATUAN BEKU: Siklus Batuan, Pengertian Batuan Beku, Pembentukan, Deret Bowen, Tekstur, Struktur, dan Klasifikasi

 

BATUAN BEKU 

ROCK CYCLE

    Sebelum kita tahu apa itu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf baiknya kita mengenal bagaimana batuan-batuan tersebut terbentuk. 

1


Siklus pembentukan batuan:

·         Proses pertama terjadinya siklus batuan terjadi saat magma mengkristal (mengalami pembekuan dan pendinginan suhu) kemudian berubah menjadi batuan beku.

·         Proses kedua dalam siklus batuan adalah mengalami pelapukan akibat faktor fisika, kimia, dan biologis sehingga terjadi penghancuran batuan.

Batuan beku ekstrusif lebih mudah lapuk dibanding batuan beku intrusif. Erosi terjadi setelah batuan mengalami proses pelapukan, erosi merupakan proses pengikisan padatan akibat interaksi dengan air, udara, hujan, dan es. Kemudian akan mengalami transportasi dan terendapkan menjadi material sedimen.

·         Berikutnya terjadi proses litifikasi batuan. Dalam litiikasi terdapat kompaksi yaitu mengompakkan butiran-butiran sedimen menjadi kemas yang lebih erat, dan sementasi yaitu pelekatan material yang mengalami kompaksi sehingga membentuk batuan sedimen,

·         Batuan sedimen apabila terkena tekanan dan temperatur yang tinggi akan berubah menjadi batuan metamorf.

·         Batuan metamorf akan meleleh dan kembali menjadi magma.

·         Selain tahapan diatas dapat terjadi pula kondisi dimana batuan beku dapat meleleh sehingga menjadi magma kembali, batuan beku juga apabila mengalami P dan T tinggi bisa menjadi batuan metamorf. Batuan metamorf apabila mengalami pelapukan dan erosi akan menjadi material sedimen. Batuan sedimen apabila mengalami pelapukan dan erosi akan kembali menjadi material sedimen.

2.      Pengertian Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari proses pembekuan magma, proses pembentukan batuan beku dapat terjadi secara plutonik dan vulkanik.

3.      Proses Pembentukan Batuan Beku

Batuan beku terbentuk karena adanya magma yang mengalami pembekuan. Proses pembentukan batuan beku bergantung pada jenis batuan bekunya masing-masing.

·         Batuan beku dalam/intrusif/plutonik

Terbentuk karena pembekuan yang terjadi di dalam dapur magma secara perlahan-lahan, sehingga tubuh batuan didominasi kristal-kristal berukuran besar, kristal terbentuk sempurna, dan tekstur granularitasnya kasar atau faneritik. Contoh: Granit, Gabro, Peridotit, Diorit, Diunit.

·         Batuan beku luar/ ekstrusif/ vulkanik

Proses terbentuknya batuan ekstrusif terjadi ketika gunung api meletus dan mengeluarkan lava cair pijar. Pembekuan tidak hanya terjadi di sekitar kawah gunung api saja, namun juga di udara. Proses pembekuan berlangsung singkat/cepat sehingga kristal tidak terbentuk sempurna sampai amorf, ukuran kristal kecil-kecil sampai gelas, dan terksturgranularitasnya halus atau afanitik. Contoh: Rhyolite, Andesit, Basalt, Trachit.

4.      Deret Bowen

Deret Bowen merupakan skema urutan kristalisasi mineral pembentuk batuan beku yang terdiri atas mineral mafik/gelap dan mineral felsik/terang. Deret bowendibagi menjadi 2 proses, yaitu:

·         Deret Diskontinu

Pembentuka mineral olivin, piroksen, hornblende, dan biotit. Dimana pada satu mineral atas dengan bawahnya tidak terdapat hubungan dalam pembentukan mineralnya (tidak berkesinambungan). Jadi, mineral yang sudah terbentuk terlebih dahulu kemudian bereaksi dengan sisa magma, menghasilkan mineral yang baru.

·         Deret Kontinu

Pembentukan mineral feldspar plagioklas dimana terdapat hubungan pembentukan mineral (berkesinambungan) atau menghasilkan mineral secara bertahap sesuai dengan urutan temperatur, dan terdapat penambahan atau mengurangan Na dan Ca.

Pada deret bowen semakin kebawah suhu semakin rendah, mineralnya semakin resisten atau tahan lapuk dan semakin bersifat asam.


 

5.      Tekstur Batuan Beku

Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau mineral dengan gelas yang membentuk masa yang merata pada batuan. Dalam pembentukan tekstur dipengaruhi oleh kecepatan pembekuan, suhu, tekanan, dan kekentalan magma. Tekstur menunjukkan derajat kristalisasi, ukuran butir, granularitas, dan kemas (Williams, 1982).

·         Derajat Kristalisasi

Merupakan keadaan proporsi antara masa kristal dan masa gelas dalam batuan.

-Holokristalin: apabila batuan tersusun seluruhnya oleh kristal.

-Hipokristalin: apabila batuan tersusun oleh massa kristal dan gelas.

-Holohyalin: apabila batuan seluruhnya tersusun oleh masa gelas.

·         Granularitas

Merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku.

-Afanitik: ukuran butir kristal halus.

-Faneritik: ukuran butir kristal kasar.

-Porfiitik: ukuran butir kristal campuran.

·         Kemas

Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan.

o   Bentuk Kristal: berdasarkan pandangan dua dimensi terbagi menjadi tiga macam bentuk kristal:

-Euhedral:  bentuk kristal sempurna.

-Subhedral: bentuk sebagian bidang kristal tidak sempurna.

-Anhedral: bentuk bidang kristal tidak sempurna.

Ditinjau pandangan tiga dimensi, dibagi menjadi tiga:

-Equidimensional: bentuk kristal sama panjang.

-Tabular: bentuk kristal pada dua dimensinya lebih panjang dari satu dimensi yang lain.

-Prismatic: bentuk kristal dari satu dimensi lebih panjang dibanding dengan dua dimensi lain.

-Irregular: bentuk kristal tidak beraturan.

o   Relasi

Hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam suatu batuan dari ukurannya:

a.       Equigranular, yaitu ukuran butir relatif seragam.

-Panidiomorfikgranular: ukuran seragam, euhedral.

-Hipiodiomorfikgranular: relatif seragam, subhedral

-Allotiomorfikgranular: relatif seragam, anhedral.

b.      Inequigranular, yaitu ukuran butir tidak seragam.

-Porfiritik: fenokris tertanam dalam masa dasar.

-Vitroveric: fenokris tertanam dalam masa dasar berupa gelas.

 

6.      Struktur Batuan Beku

Merupakan bentuk batuan beku dalam skala besar, adapun struktur-struktur batuan beku, yaitu:

·         Masif, apabila tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tetanam dalam tubuh batuan.

·         Pillow Lawa, (lava bantal) dicirikan seperti bantal dan terdapat pada wilayah vulkanik bawah laut.

·         Joint. Ditandai kekar-kekar dan dapat berkembang menjadi columnarjointdan sheetingjoint.

·         Vesikular,struktur batuan beku ekstrusi ditandai lubang-lubang akibat dari pelepasan gas selama pendinginan.

·         Skoria, struktur batuan yang sangat vesikuler.

·         Xenolith, adanya fragmen batuan yang tertanam ke dalam batuan beku.

·         Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari lava itu sendiri.

 

7.      Klasifikasi Batuan Beku

Klasifikasi berdasarkan tekstur dan komposisi mineral:

·         Batuan beku vulkanik, merupakan batuan beku yang terbentuk di dekat atau di atas permukaan bumi (intrusi dangkal). Cirinya ukuran kristal <1mm dan kehadiran massa gelas.

·         Batuan beku plutonik, merupakan batuan beku yang terbentuk jauh di dalam bumi, ukuran kristal >1mm.

Klasifikasi berdasarkan komposisi kimiawi:

·         Batuan beku asam, merupakan batuan beku yang mengandung >66% kandungan SiO2. Contoh: Granit dan Rhyolit.

·         Batuan beku menengah atau intermediet, apabila mengandung 52%-66% SiO2. Contoh: Diorit dan Andesit.

·         Batuan beku basa, apabila batuan tersebut mengandung 45%-52% SiO2. Contoh: Gabro dan Basalt.

·         Batuan beku ultrabasa, apabila mengandung < 45% SiO2. Contoh: Peridotite dan dunit.

Klasifikasi berdasarkan komposisi mineralogi:

·         Klasifikasi menurut S.J Shand (1943), membagi batuan beku menjadi 4 macam, yaitu:

-          Leukokratik: mengandung 0%-30% mineral mafik

-          Mesokratik: mengandung 30%-60% mineral mafik

-          Melanokratik: mengandung 60%-90% mineral mafik

-          Hipermelnik: mengandung >90% mineral mafik

·         Klasifikasi menurut S.J Elis (1948), membagi batuan beku menjadi 4 macam, yaitu:

-          Felsic: indeks warna <10%

-          Mafelsic: indeks warna 10%-40%

-          Mafic: indeks warna 40%-70%

-          Ultramafic: indeks warna >70%


Referensi:

https://www.sfcollege.edu/rockcycle/the-rock-cycle/index

https://www.geografi.org/2016/11/reaksi-bowen-sebagai-dasar-pengenalan.html

Komentar